BANDUNG.POTENSINEWS.COM,-Direktur Kepatuhan bank bjb Agus Mulyana menyatakan, Revolusi Industri 4.0 memiliki banyak kelemahan dalam bidang financial techonology (fintech) karena semua dituntut serba otomasi. Meski dalam sisi lain, perkembangan digital ini sangat menguntungkan dalam segi efisiensi dan efektifitas.
Hal tersebut diungkapkan Agus Mulyana usai meraih gelar Doktor dalam Ujian Sidang Promosi Doktor (S3) Program Studi Manajemen, di Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jalan Setiabudhi, Bandung, Senin (10/2/2020).
Di hadapan tiga orang promotor yakni Prof. Dr. Hj. Ratih Hurriyati, M.P. Prof. Dr. H. Disman, M.S., dan Dr. Lili Adi Wibowo, S.Pd., S.Sos., M.M., serta dua orang penguji Prof. Dr. Ir. Nandan Limakrisna, M.M., CQM., dan Dr. Heny Hendrayati, S.Ip., M.M., Agus Mulyana mampu mempertahankan penelitian disertasinya dengan judul “Model Bisnis Fintech dalam Meningkatkan Marketing Performance di Indonesia”. Ia meraih yudisium 3,92 (cumlaude) atas teorinya Hybrid Bussiness Model 5.0.
“Dengan model saat ini (Industri 4.0, red), rendahnya Intellectual Capital (SDM/sumber daya manusia) dari suatu negara akan menjadi kelemahan di negara tersebut. Bahkan manusia tergantung dengan mesin. Sementara ketergantungan terhadap teknologi yang terlalu tinggi akan mengikis norma-norma agama, budaya, dan kehidupan sosial yang menjadi tujuan hidup manusia dalam bernegara,” ujarnya.
Oleh karenanya, Agus pun menawarkan model baru, Hybrid Bussiness 5.0. Model ini merupakan sinergisitas antara Intellectual Capital yang melahirkan Innovation serta Information Technology Capability yang menghasilkan Value Creation.
Menurut Agus, sinergisitas kedua unsur tersebut akan menghasilkan suatu kekuatan yang besar untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Karena, untuk membangun ekonomi suatu negara agar tumbuh lebih baik dan maju, tidak hanya dibangun dengan kekuatan mesin dan teknologi yang tinggi, akan tetapi juga harus berkolaborasi antara intelectual Capital dan Society yang berbasis manusia.
“Untuk membangun ekonomi suatu negara agar tumbuh lebih baik dan maju, tidak hanya dibangun dengan kekuatan mesin dan teknologi yang tinggi, akan tetapi juga harus berkolaborasi dengan Intelectual Capital Society yang berbasis human (manusia). Inilah yang saya sebut sebagai Hybrid Busines Model atau Business Model 5.0. Model ini cocok diterapkan di Indonesia dan dapat digeneralisasikan pada seluruh Perusahaan yang bergerak baik di bidang jasa, ritel maupun manufaktur,” tambahnya.
Agus menyatakan, Bussiness Model 5.0. sudah memiliki unsur kebaruan. Bussiness Model 5.0. menggabungkan model bisnis Industri 4.0., ketika peran manusia sudah digantikan oleh robot. Sedangkan pada model Society 5.0. peran manusia ditimbulkan kembali sehingga dari kolaborasi keduanya baik Model Bisnis Industri 4.0 dan Model Society 5.0 akan menghasilkan Hybrid Business Model yang dapat diimplementasikan di Indonesia.
Menurutnya, Hybrid Business Model cocok diterapkan di Indonesia karena adanya batasan budaya dan agama sehingga peran manusia tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh teknologi. Peran manusia yang tidak bisa digantikan oleh teknologi dinamakan Intellectual Capital. Intellectual Capital tersebut yang menghasilkan Innovation. Hybrid Bussiness Model berbasis Inovasi tersebut disebut sebagai Busainess Model 5.0.
Dikatakan, Pemerintah Indonesia bisa mulai memprioritaskan pengembangan Intellectual Capital sejak dini dalam mengantisipasi transformasi teknologi digital yang sangat cepat untuk menuju tahun 2021. Sedangkan untuk bisa membangun Intelectual Capital berupa moral, sikap, perilaku, tata krama, agama, integritas, serta kepatuhan pada aturan dan ketentuan, bisa mulai dibangun sejak pendidikan usia dini sampai Perguruan tinggi.
Sebagai ilustrasi, lanjut dia, di lima negara dengan pendidikan terbaik di dunia, yaitu Finlandia, Cina, Kanada, Korea Selatan dan Selandia Baru memiliki tingkat Intelectual Capital yang tinggi. Mereka menggunakan pola pendidikan seperti waktu belajar di sekolah yang hanya 3-4 jam per hari, tidak ada rangking di sekolah, tidak ada ujian nasional, tidak ada pekerjaan rumah, menulis tetap menggunakan papan tulis, mendorong kreatifitas untuk menghasilkan inovasi dan penciptaan nilai.
“Saya memprediksi, jika Bussines Model 5.0 di implementasikan sejak sekarang, maka di tahun 2021 Indonesia akan sejajar dengan negara negara maju lainnya,” tegas Agus.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, tekadnya menyelesaikan studi doktoral tak lepas dari niatnya memberi sumbangsih kepada mayarakat. Karena secara karier, Agus telah menempati posisi tertinggi pada industri perbankan. “Saya ingin menjadi role model bagi keluarga. Bahwa belajar tidak ada batasnya. Selain menambah ilmu, tapi juga bagaimana memberi manfaat kepada mayarakat,” pungkasnya.(Ade/Rel)