BANDUNG,POTENSINEWS.COM,-Revolusi industri 4.0, saat ini Unwim terus mengokohkan diri menjadi universitas yang fokus pada pengembangan Agro Eco Technopreneur. Ini sesuai dengan basic dan fokus Unwim selama ini, yakni bidang pertanian.
“Basic kami memang pertanian. Tapi, kami memiliki fakultas ekonomi, teknik, dan dan kehutanan. Kendati begitu, setiap fakultas akan kolaborasi menuju Agro Eco Technopreneur,” ungkap Rektor Unwim, Prof. Dr. Ir. H. Ai Komariah M.S., di sela-sela wisuda Unwim di Pusdai Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (20/12/2018).
Untuk menuju Agro Eco Technopreneur, lanjut Ai, pihaknya sudah melakukan beberapa strategi, terutama dalam kurikulum. Selain menggunakan kurikulum sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI), pihaknya memberlakukan penambahan kurikulum.
“Prinsipnya, KKNI itu kurikulum nasional yang standar. Dengan adanya kurikulum tambahan, diharapkan lulusan kami kompetensinya bisa melebihi dari standar,” kata Ai.
Selain itu, Ai menambahkan, para lulusan juga dibekali dengan sertifikasi pendamping ijazah. Ini juga dilakukan untuk meningkatkan kompetensi lulusan.
“Kita optimis lulusan Unwim dapat diterima pasar. Sebab, selain ilmu pengetahuan kita juga membekali mahasiswa dengan kompetensi sesuai dengan jurusannya masing-masing,” katanya.
Ia menyebutkan, 551 orang, yang terdiri magister (S2) 247 orang dan sarjana (S1) 304 orang.
Ketua Pembina Yayasan Unwim, Danny Setiawan mengatakan bangga dengan lulusan Unwim. Sebab, mereka tekun dalam menjalankan tugasnya hingga lulus dan diwisuda.
“Saya bangga juga dengan dosennya, karena mereka juga disiplin dalam mendidik anak didiknya hingga mereka lulus,” kata Danny.
Koordinator Kopertis Wil IV Jawa Barat dan Banten, Prof. Dr. Uman Suherman mengimbau kepada lulusan Unwim agar senantiasa bersyukur. “Karena, psra lulusan yang diwisuda saat ini menjadi bagian 31 persen dari penduduk Indonesia yang bisa mencicipi kuliah di pendidikan tinggi,” katanya.
Selain itu, ia juga mengimbau agar para lulusan ketika bergaul di masyarakat hendaknya melakukan kolaborasi dengan orang lain. Sebab, dalam tantangan global 4.0 yang menjadi pemenang adalah bukan yang menjelekkan dan menjatuhkan orang lain.
“Tapi dengan kolaborasi dengan orang lain bisa memaksimalkan dan melengkapi apa yang menjadi kekurangan kita. Begitu juga sebaliknya. Selain itu, harus hormat kepada orang di atas kita, sayang kepada yang di bawah kita, dan cinta dengan sesama,” pungkasnya.(Red)